Kamis, 09 September 2010

BROKEN *since it had been, everything were broken, but someone make me understand about it*

siang yang begitu terik dan menggerahkan sangat membuatku merasa cepat lelah dan badmood. Ditambah lagi suasana rumah yang membuatku sakit hati. Ingin sekali rasanya aku bunuh diri. Tapi, hanya orang bodoh dan gak beriman lah yang melakukan itu.
Badanku gak bisa lagi bergerak karena sangat lelah dihukum oleh guru disekolahan.
(pliiss.. jangan suruh aku melakukan sesuatu lagi !) harapku dalam hati saat berbaring ditempat tidur.
" Luna, cepat ganti baju abis itu bantu mama yah !" teriak mamaku dari luar.
(baru juga gue ngomong. Hemh!)
setelah mengganti pakaian, aku pun keluardari kamar. Sepintas aku melihat Kak Melly yang seang tidur dikamarnya yang bersebrangan dengan kamarku. " Huft!" ucapku.
Setiba aku mengahampiri mama, aku langsung dihadapkan dengan kain-kain yang bertumpukan di ember.
" Loh, kainnya kok belum dicuci Ma?" tanyaku
" Belum nak. Makanya mama mau nyuruh kamu. Mama capek nak tadi uda bantuin Bi Sum masak. kamu mau bantu mama kan?" kata mama
" Kenapa gak Bi Sum sih ma?"
" Dia lagi nyetrika. Gapapa dong sekali sekali kamu yang gantiin tugasnya. gak capek kok, kan pake mesin cuci. yah?"
" Hmmmh! Yodalah!"
" Makasiih ya sayang. mama tinggal yah." kata mama sambil mencium keningku.
Kalau ada maunya aja cium kening atau ngelus kepala. Dengan terpaksa aku pun melakukannya.
Terkadang aku sendiri bingung dan bertanya dalam hati , * aku ini anak KANDUNG atau BUKAN ?* kenapa aku dan Kak Melly diperlakukan sangat beda oleh mama. Aku merasa kedua orang tuaku itu sayangnya beda terhadapku dan Kak Melly. Mereka lebih manjain Kak Melly. Hemh! Yasudahlah!

Setiap malam aku mengurung diri dikamar untuk belajar dan mengerjakan PR. Aku dari kecil diterapkan papa untuk rajin  belajar agar aku bisa jadi orang sukses seperti papaku yang sekarang punya jabatan tinggi di sebuah perusahaan perminyakan. Aku dituntut oleh papa untuk menjadi seorang Akuntan. Tapi dari dulu sampai sekarang aku hanya bercita - cita menjadi Guru. dan jika aku mendapatkan rezeki yang banyak, aku ingin membangun sebuah sekolah. Tapi papaku menentangnya. Ia tetap menuntut ku untuk jadi Akuntan dan aku harus selalu menjadi juara di kelas. Dan syukurlah aku selalu menjadi juara sampai aku SMA kelas 3 ini.

                       *                                                *                                                        *

"Luna kamu belum dapat uang jajan kan minggu ini? ini ambil uang jajan kamu." kata papa sambil memberikan uang Rp 100.000 saat sarapan pagi di meja makan.
"Pa, Melly hari ini diajak teman ke salon selesai kuliah nanti. Bagi juga dong pa." kata Kak Melly
" Loh kan kemaren udah papa kasih." jawab papa
" Udahlah pa kasih aja napa sih. kan papa juga yang senang kalau anaknya cantik." sambung mama
" Iya udah."


Setiap hari aku dan Kak Melly pergi diantar oleh Bang Juki (supir). tapi menyebalkan juga sih setiap hari kayak anak bodoh dikata - katain sama Kak Melly. Kalau bukan papa yang nyuruh aku udah pergi aja sendiri tiap hari.
" Eh, loe pulang sekolah kemana?" tanya Melly dengan nada sombong
" yah pulang kerumah lah. Mau kemana lagi emangnya?"
" High.. cupu banget sih. Biasanya tuh orang pulang sekolah hunting tau!"
" Yaudahlah. Mereka ya mereka, aku ya aku."
" Hegh.. kasian yah loe dituntut harus belajar. Pantes aja loe gak pernah dibolehin keluar."
" Yaudahlah kak. gabisa yah sehari aja kakak gak ganggu aku."
" Igh.. yang ganggu loe siapa. Gue kan cuma ngasih tau loe aja."
" udah sampek mbak Luna." sambung Bang Juki setiba di depan sekolahku.
Aku menatap kakakku dengan tajam dan penuh kemarahan aku pun turun.

Aku gabisa berkata apa-apa lagi hari ini. semenjak aku dikata-katain oleh kakakku sendiri aku bener bener bingung dan kesal. Air mataku seakan ingin jatuh tapi aku malu dan bingungketika orang bertanya kenapa aku menangis.
Dari kesedihan dan keemosianku yang membara, aku kembali stabil ketika aku melihat sosok pria yang kini sedang dekat denganku. Dari jarak 2 meter 2 pasang bola mata itu saling menatap dengan penuh rasa yang berbeda. Ketika mata itu tepat didepanku, otot otot ku melemas karna kesenangan.
" Hai." sahut Tian dengan senyumannya yang terbukti membuat semua kaum wanita jatuh cinta padanya.
" Hai juga"
" Mau ke kantin?"
" Iya."
" Boleh bareng gak?"
Belum sempat aku menjawab, tiba-tiba salah satu teman Tian menariknya pergi. Hemh! melemas lagi dirku!

" Kenapa lagi Lun?" tanya Feby saat aku mengahmpirinya dikantin
" Gak apa apa kok." jawabku sambil mengambil tempat duduk
" Halah! pasti problem lagi. Cerita dong."
" Gue kadang malu ceritanya. Abis masalah gue tuh tentang keluarga terus. Apalagi coba kalau ga dikata katain Kak Melly, dimarahin papa, trus disuruh suruh mama. Lama lama gue bunuh diri aja kayaknya By."
" Hati hati kalau ngomong. Sabar deh. Gue yakin gak selamnya loe bakal begini terus."
" Untung gue masih punya loe, Adit, sama Rio. Kalau gak ada loe bertiga siapa lagi yang mo nyemangatin gue."
Tiba tiba Tian datang dan duduk bersamaku dan Feby dikantin dan ikut gabung bersama aku dan Feby.

Pelajaran terakhir di XII IPA 7 adalah B.Indonesia. Biasanya guru B.Indonesia selalu telat masuk kekelas kami. kami pun berkesempatan untuk bebas. Tiada hari tanpa berkelahi antara aku dan Adit. Keisengan yang menggelikan selalu terjadi antara kami berdua.
" Adit!!! bisa gak sih sehari aja gak ribut ama gue!" seruku yang membuat Adit terkejut saat ia ingin mengikat tali tas aku kekursi.
" Gak bisa Lun. Ini emang uda profesi gue buat gangguin orang." jawab Adit santai
" Igh.. loe berdua kenapa sih gabisa yah ga ribut?" sambung Rio yang asyik membaca buku
" Gak bisa!!" jawabku dan Adit serentak
Rio pun jadi terdiam saat melihat aku dan Adit yang menjawab serentak dengan nada keras.
Kelas pun semakin ribut sampai bel jam pertama habis. Ketua kelas mencari informasi tentang keberadaan guru B.Indonesia. Dan saat dia masuk ternyata... " Yeee.. akhirnya bolos belajar B.Indonesia."
Ternyata semua kelas XII dikosongi oleh guru guru karna guru ada rapat. Yasudahlah kelas ku pun semakin bertambah ribut. daripada membuang tenaga untuk merusuh dan ribut, hari ini aku libur untuk melakukan hal itu. Aku mengambil inisiatif untuk menulis dan mencoret coret kertas yang berisikan kata kata aneh dan gambar gambar. Tapi tiba tiba..
" Loh, kamu ngapain kesini?" tanyaku pada Tian yang berdiri di depanku
" Mau jumpa kamu. Lagian dikelas bosen." jawab Tian dan duduk dibangku feby disampungku
" Oh."
Adit yang awalnya udah beranjak kekursi sampingku itu batal, karna Tian udah mendapatkannya terlebih dulu. Semua keributan dan keusilan Adit pun keluar terhadap teman teman yang lain. Aku melihat ada yang ganjil dari sosok Adit saat itu. Ketika setengah jam lagi bel mau pulang, Tian kembali kekelasnya. Ia berniat untuk mengantarku pulang. Hahahay!!
" Esseeh. senang yah didatangi pujaan hati." ejek Feby sambil memebreskan buku
" Cihahay.. emang Kangen Band Pujaan hati!"
" Halah! jangan bo'ong deh I can see it from your eyes. Oyah loe mau diantar pulang yah sama Tian?"
" Kok tau sih! Nguping aja!"
" Hagh? Luan amau diantar pulang sama Tian? cyeeee..... udah jadian yah!" sambung Adit dari belakang
" Ish! Loe nguping aja deh! Emang kenapa kalau gue diantar pulang?" jawabku
" Gak apa apa. Lucu aja, seorang Luna yang katanya belum pernah kenal sama yang namanya cinta, ternyata udah jatuh cinta. Sampe diantarin pulang lagi. "
" halah! loe sendiri juga. Malah mungkin duluanan gue lagi ngerasain pacaran sekarang dari pada loe."
" Emang status loe udah jadian ama Tian Lun?" sambung Feby
" hehehe.. belum sih.!" jawabku malu
" Heleh! ngarep loe! hati hati aja ntar sakit hati." jawab Tian
" Ikut campur aja deh! suka suka gue dong. Kan gue yang jalanin."
" yaudah, yang penting gue sebagai teman udah ngingetin loe."
" Udah deh kok malah bertekak." sambung Feby
 Bel berbunyi. " eseeh. semoga loe ga ngarep lagiyah Lun, moga moga jadi kenyataan." kata Adit saat keluar dari kelas. " Okeh sob!"

Jujur baru kali ini aku merasakan bagaimana rasanya naek motor sama cowok, apalagi cowoknya yang gue suka. Tiba tiba.. Oh tidak mimpi apa aku tadi malam? tanganku dipegang saat aku memeluk Tian dari belakang. Jantungku lama lama bisa lepas kalau terus terusan deg degan gini.
Rasanya cepat sekali aku tiba dirumah. Aku masih ingin disamping TIan lagi. Tapii yah mau gimana lagi.
" Makasi yah." ucapku malu
" Sama sama.'
Dilangkahan kaki ku yang pertama Tian memanggilku, " Kamu mau gak jadi pacar aku?".
Kali ini jantungku bener bener rasanya udah mau lepas ditambah dengan rasa senang yang bertubi tubi,
" hemh.. hehehe!" aku tersipu malu dan menjawab iya. " Makasih ya sayang. aku benar benar sayang sama kamu."kata Tian sambil menggenggam tanganku.
Tian pun berjanji akan menhubungiku nanti malam.
Malam ini aku begitu semangat untuk belajar, padahal dari kemaren otakku udah mumet karna tiap hari dihadapi soal soal pembahasan UN yang 2 minggu lagi akan berlangsung. Tunggu.. tungguu.. bentar lagi tamat dong, ga satu sekolahan lagi sama Tian dong, trus gimana...?
" BRAAAAKKKK!!!" suara dobrakan pintu kamarku karna ulah Kak Melly dan membuatku berhenti berpikir.
" Bisa gak sih kak, ngetok pintu dulu trus bukanya pelan pelan." seruku
" Udah gausah banyak omong. Gue mau minta lulur loe. MAna?"
" Haha.. katanya tadi kesalon, napa gak sekalian buk?"
" Udah deh. Mana!"
" Tuh ambil dikamar mandi. Buat kakak aja, aku gak butuh."
" Igh, loe cewek apa bukan sih, masa alat make-up gada." kata kak melly yang sekilas melihat ke meja riasku yang berisikan 3 parfum dan bedak baby dan 4 jam tangan.
" Gak perlu lah kayaknya yang gituan. Yang alami lebih bagus."
" Igh. O'on yah, yang namanya cewek tuh minimal harus ada pelembab. Gak pernah baca majalah yah. Oiyaya, Loe kan taunya buku pelajran semua. makanya loe gatau."
" Kakak mau minta lulur atau mau ngata ngatin aku sih. aku gada waktu kak. mendingan kakak keluar."
" Dari tadi gue juga mau keluar. gak betah gue liat kamar loe."
Issh! lama lama aku bisa stres kalau harus dihadapin masalah begini terus. Kenapa aku gabisa seharian tenang tanpa ocehan dari Kak Melly, Mama, dan Papa. nafsu belajarku jadi hilang!
(1 new message)
degdegan jantungku. Berharap Tian yang mengirim SMS kepadaku.
( From: Adit) melemas tanganku
"Luna gimana tadi diantar pulangnya? ada yang spesial ga?"
Hahah.. polosnya dirimu Adit. tanganku pun mengetik cepat menuliskan,
" Sep. Oke deh pokoknya, gue aja masi terbayang bayang keadian tadi siang. E, loe tau gak gue uda pacaran sama Tian. Thanks ya doanya , Dit."
(1 new message)
" Selamat yah! mudah mudahan langgeng deh. moga aja dia baik buat lo."
" oke deh. eh udah dulu yah gue mau telfonan tar lagi ma Tian. heheh" balasku.
Sambil menunggu Tian menelpon aku membaca buku novelku yang belum kelar dibaca. Sampai akhirnya pukul 10 gada tanda tanda Hp ku berdering. Aku masih tetap sabar menunggu. Sampai akhirnya pukul 11 aku tertidur.

                    *                                      *                                       *

Setelah mungkin berjalan 2 Minggu, hubungan ku dan Tian semakin dekat. Sampai aku mengakui kalau aku telah jauh dengan teman teman ku. Aku benar benar merasakan hal baru saat bersama Tian. Walau kadang sedih karna masalah keluargaku, aku bisa stabil jika mendengar kata Tian. Sejak awal hubunganku dan TIan, tidak pernah ada ngedate atau jalan bareng berdua. Kami hanya bisa pacaran disekolah dan ditelpon. Tapi sejak bersama Tian aku benar benar mengabaikan masalah yang aku alami. Dan aku berprinsip aku hidup dengan apa adanya aku.

Hari terus berganti sampai akirnya UN selesai. Hari ini siswa siswi kelas XII berencana ntuk coret coret baju dan pergi kesuatu tempat yang bakal dikenang selamanya. Melihat ajakanTian yang benar benar mengingikanku ikut, aku jadi tidak tega untuk menolaknya. Apa salahnya aku menikmati moment ini bersama teman teman seperjuangan ku di SMA dan bersama pacar. Toh dirumah aku dimarahin terus.
Sesaat kami tiba, satu persatu mulai mencoret baju teman temannya. Ketepatan saat itu aku Feby, Adit, dan Rio berdiri bersebelahan.Tatapan mata yang awalnya kecewa padaku, kini berubah menjadi sebuah keharuan. Kami pun menyadari bukan saatnya kami untuk egois dan terpisah hanya karna hal konyol. Rangkulan dan jabatan tanagn pun terjadi pada kamiberempat. 
" Kita udah mau pisah dengan tujuan kita masing masing. gak pantes kita berpisah gitu aja." kata Rio
" Iya, gue minta maaf ya Lun, gue udah labrak loe hanya karna loe udah mentingin Tian dibanding kita." ucap Feby menangis
" Kok nangis sih Feb? Gue jga minta maaf gue uda ngabaikan loe bertiga." jawabku
" Harusnya kita tu tau, kita tuh punya urusan masing masing dan gamungkin harus dipaksa untuk selalu bersama kita. Loe kan punya Tian yang juga butuhin loe Lun. Tapi siih maunya loe bisa bagi waktu kapan buat kita dan kapan buat Tian. hehehe." sambung Adit
" iyah gue minta maaf lagi. Ehh. Adit uda gede ternyata." jawabku dengan mencubit tangan Adit
" Adit kan emang dari dulu gitu kali Lun. Si mas Curhat juga." kata Rio
" Iyalah terserah mau bilang gue apa."
Rasanya moment moment itu benar benar mengisahkan sejarah yang berarti untuk diriku. Merekalah orang orang yang menyemangatiku saat aku ada masalah. Rasanya aku masih ingin bersama mereka selalu. Tapi itu gamungkin, setelah perpisahan nanti semua akan berpencar mencari jalan untuk mendapatkan tujuan mereka. Begitu pula dengan aku mungkin nantinya.
Aku pun juga gak mau melewatkan saat saat berdua dengan Tian hari itu juga.Kami mencari tempat tersendiri yang mungkin bisa kami kenang berdua nantinya.
" Kamu tau gak, baru kamu cewek yang benar benar buat aku senang" Kata Tian dengan senyumannya sambil memandangku
" makasih. Oya , aku mau nanya, aku harap kamu gamarah atau apalah. Kenapa kamu bisa suka sama aku?"
" Itu karna hatiku yang bicara. Dia bilang kamulah orang yang pantas aku cintai." jawab Tian dengan tegas yang menampakan keseriusannya.
Aku menjadi malu dan deg degan. sekilas aku melihat jam tanganku.. " OH MY GOD!" waktu menunjukan pukul setenag 6 sore.
" kenapa?"
" aku harus pulang sekarang, Nati kalau kemaleman aku dimarahin."
" Yaudah kita pulang sekarang yah."
Sepanjang perjalananjantungku berdetak kencang. aku udah bisa bayangin gimana jadinya kalau aku tiba dirumah nanti. Papa akan marah sama aku, Mama gak akan mengeluarkan sepatah kata untuk membelaku tapi kalau seandainya kak melly yang ada diposisiku, dia akan bela mati matian. Dan sementara Kak mellu akan menertawakanku atau dia akan mengompori kemarahan papa.
Setiba aku di depan rumah, aku langsung turusn tanpa ada kata makasih atau apapun pada Tian.
" darimana kamu?" tanya papa saat aku melangkahkan kaki masuk kedalam rumah. Ternyata mereka sudah menungguku diruangtengah.
" kenapa tuh baju? oo pasti loe coret coret kan?" sambung kak melly
"Iya pa tadi Luna coret coret ama teman teman." jawabku
"Apa pernah papa suruh kamu coret coret baju setelah ujian?" seru papa dengan nada keras
" Tapi kan pa..'
" kamu memang gatau malu. Disekolahin di sekolah elit kelakuan kampungan."
mama hanya diam melihatku. sementara kak melly senyum senyum tanda sini kepadaku.
" Udah masuk kamu sana."
Hatiku kembali teriris. kenapa sehari aja aku dibelain mama saat aku dimarahin papa gabisa.Sebenernya aku ini anak kandung atau bukan? air mataku menetes lagi.